FDI RI Q2 2025 Terkoreksi, Terendah Sejak 2020

  • Home
  • FDI RI Q2 2025 Terkoreksi, Terendah Sejak 2020

Pada kuartal II tahun 2025, Indonesia mencatat penurunan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) sebesar 6,95% secara tahunan (year-on-year). Penurunan ini menjadi yang terdalam sejak tahun 2020 dan menimbulkan kekhawatiran terhadap daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, angka ini menjadi sinyal penting bagi dunia usaha dan para pembuat kebijakan bahwa perlu ada langkah konkret untuk mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan investor asing.

Apa Itu FDI dan Mengapa Penting?

Foreign Direct Investment (FDI) adalah investasi jangka panjang dari perusahaan atau individu asing ke dalam suatu negara dalam bentuk kepemilikan bisnis, pembangunan infrastruktur, atau fasilitas produksi. FDI berbeda dengan investasi portofolio karena mencerminkan komitmen jangka panjang dan keterlibatan langsung investor dalam manajemen bisnis.

FDI memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Ia berkontribusi terhadap:

  • Penciptaan lapangan kerja baru
  • Transfer teknologi dan keahlian
  • Pertumbuhan sektor riil dan hilirisasi industri
  • Peningkatan devisa dan neraca pembayaran

Penyebab Turunnya FDI di Kuartal II/2025

Beberapa faktor utama yang menyebabkan penurunan FDI ke Indonesia antara lain:

1. Ketidakpastian Ekonomi Global

Suku bunga tinggi di Amerika Serikat dan Eropa mendorong banyak investor untuk menahan ekspansi global. Ditambah lagi, ketegangan geopolitik seperti konflik di Asia Timur dan Timur Tengah memengaruhi arus modal ke negara berkembang.

2. Perlambatan Ekonomi Mitra Dagang

Tiongkok, salah satu mitra dagang utama Indonesia, mengalami perlambatan ekonomi. Hal ini berdampak pada arus investasi di sektor-sektor strategis seperti pertambangan, energi, dan manufaktur.

3. Kompetisi Regional yang Ketat

Negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia menawarkan insentif pajak, perizinan yang lebih cepat, serta iklim usaha yang lebih kondusif bagi investor asing.

4. Masih Ada Masalah dalam Kepastian Hukum

Birokrasi yang panjang, tumpang tindih regulasi, dan ketidakpastian implementasi kebijakan seperti UU Cipta Kerja membuat sebagian investor memilih menunda masuk ke pasar Indonesia.

Sektor yang Terpukul dan yang Masih Tahan

Penurunan FDI paling terasa di sektor-sektor padat modal seperti:

  • Manufaktur: terutama otomotif dan tekstil
  • Energi: proyek pembangkit listrik dan energi baru terbarukan

Namun demikian, beberapa sektor masih menunjukkan daya tahan seperti:

  • Pertambangan dan komoditas: masih diminati karena harga global yang tinggi
  • Ekonomi digital skala kecil: masih menerima minat dari investor regional

Dampak Penurunan FDI terhadap Dunia Usaha

Bagi dunia usaha di dalam negeri, penurunan FDI ini berdampak langsung pada:

  • Terbatasnya akses modal asing untuk ekspansi bisnis
  • Penurunan penciptaan lapangan kerja baru, terutama di sektor formal
  • Menurunnya kepercayaan investor terhadap iklim usaha RI
  • Meningkatnya ketergantungan pada pembiayaan domestik

Beberapa pelaku usaha bahkan mengindikasikan bahwa proyek perluasan atau pembangunan pabrik baru harus ditunda karena investor luar negeri memilih wait-and-see.

Respons Pemerintah dan Harapan Pengusaha

Pemerintah telah merespons dengan sejumlah langkah, seperti:

  • Penyempurnaan sistem perizinan OSS (Online Single Submission)
  • Penyusunan ulang insentif fiskal dan non-fiskal
  • Kampanye pemulihan citra investasi RI di forum global

Namun, pelaku usaha berharap lebih dari sekadar janji. Mereka menuntut konsistensi regulasi, kepastian hukum, dan peningkatan komunikasi antar lembaga dalam menjamin iklim investasi yang sehat dan kompetitif.

Kesimpulan: Momentum untuk Evaluasi Iklim Investasi

Penurunan FDI Indonesia di kuartal II/2025 bukan sekadar angka. Ia adalah peringatan bahwa Indonesia harus segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap strategi menarik investor asing.

Dalam jangka pendek, stabilitas regulasi dan birokrasi yang ramah investor menjadi kunci. Dalam jangka panjang, Indonesia perlu mengembangkan keunggulan kompetitif yang tidak hanya bersifat geografis, tetapi juga struktural dan sistemik.

Di tengah arus investasi yang melemah, efisiensi internal jadi kunci keberlanjutan bisnis.

Digital Oasis mendampingi perusahaan membangun sistem yang memotong biaya operasional, meningkatkan visibilitas data, dan mengoptimalkan proses kerja—agar tetap tangguh, bahkan saat ekspansi tertunda.

💼 Kami bantu Anda mulai dari automasi alur kerja, integrasi sistem, hingga business intelligence yang mempermudah pengambilan keputusan harian.

📈 Siap ukur potensi efisiensi di bisnis Anda? Jadwalkan konsultasi awal sekarang.